Kuliah PGSD

STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA

A.  Latar Belakang Masalah
Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan keterampilan dasar, ini menunjukan bahwa keterampilan membaca perlu dimiliki setiap orang karena mempunyai peranan yang sangat penting. Membaca juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif, karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri, sehingga pembelajaran membaca perlu diajarkan sejak dini. Guru dalam memberikan pembelajaran membaca memerlukan strategi tertentu agar tujuan dari pembelajaran membaca dapat tercapai dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pemilihan Bahan Ajar Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan memahami bacaan dalam rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang memadai, seseorang memerlukan banyak pengetahuan dan kemampuan lain sebagai pendukung. Herber (1978: 9-10) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir yang meliputi kegiatan: 1) memahami dan menghubungkan simbol-simbol bahasa (decoding), 2) memaknai gubungan simbol-simbol atau kata-kata tersebut (interpretation), dan 3) menerapkan ide atau pengetahuan yang diperoleh melalui bacaan dalam kehidupan sehari-hari (application).
Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa sekolah dasar, guru perlu memperhatikan perihal pemilihan bahan ajar membaca, strategi pengajaran membaca, dan masalah umum yang dihadapi siswa dalam membaca. Bahan ajar untuk membaca meliputi bunyi-bunyi bahasa, huruf, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat sederhana, dan pemahaman terhadap isi bacaan. Rambu-rambu atau kriteria yang terkait dengan pemilihan bahan pengajaran membaca, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.    Belajar bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, meningkatkan kemampuan berpikir, dan memperluas wawasan, maka bahan pengajaran harus diarahkan pada kepentingan tersebut.
2.    Bahan pengajaran bersifat terpadu dan berkesinambungan serta dapat dipadukan dengan pelajaran lain.
3.    Penyajian bahan pengajaran bersifat fleksibel dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengajaran.
4.    Bahan pengajaran harus mencerminkan kurikulum yang digunakan.
5.    Bahan pengajaran harus mampu menumbuhkan interaksi.
6.    Bahan pengajaran harus memungkinkan pembelajar memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek formal bahasa.
7.    Bahan pengajaran harus mendorong pembelajar mengembangkan keterampilan belajar-bagaimana-belajar (learning-how-to-learning).
8.    Bahan pengajaran harus dapat mendorong pembelajar menerapkan keterampilan berbahasa.
Secara garis besar bahan ajar membaca dapat dipilah menjadi dua macam, yaitu untuk pramembaca dan untuk membaca. Dalam pengajaran pramembaca siswa diperkenalkan pada tata cara membaca yang baik, misalnya:
1.    Duduk wajar dan baik (kepala tegak, punggung lurus, posisi tangan dan kaki pada tempatnya).
2.    Meletakkan buku dengan jarak ke mata yang cukup dengan sudut tegak lurus.
3.    Memegang buku dengan baik, membaca buku dari kiri ke kanan, melihar gambar, orientasi kiri ke kanan, dari atas ke bawah.

B.  Metode Pengajaran Membaca
Pengajaran membaca dibedakan menjadi dua macam, yaitu membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
1.    Membaca Tanpa Buku
Langkah-langkah pengajaran membaca tanpa buku adalah sebagai berikut:
a.    Guru menunjukkan gambar yang berisi cerita.
b.    Guru menceritakan isi gambar.
c.    Siswa disuruh menceritakan kembali isi gambar.
d.   Menuliskan kata yang terdapat dalam cerita dalam rangka mengenalkan huruf dan cara membacanya.
e.    Gambar sudah tidak digunakan, sebagai gantinya guru membuat cerita sederhana dan menuliskannya di papan tulis. Cara yang ditempuh yaitu:
1)   mengenal kata dalam kalimat,
2)   mengenal suku kata dalam kata,
3)   mengenal huruf dalam suku kata,
4)   merangkai huruf menjadi suku kata, dan
5)   merangkai suku kata menjadi kata.
2.    Membaca Dengan Buku
Pengajaran membaca dengan buku mulai dilaksanakan setelah siswa mengenal huruf. Cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.    Membaca buku pelajaran, langkah-langkahnya yaitu:
1)   Membagikan buku atau menyuruh siswa mengeluarkan buku yang dibawanya.
2)   Memperkenalkan buku, seperti warna, jilid, isi, tulisan, dan lain-lain.
3)   Memberikan petunjuk cara membuka buku.
4)   Menjelaskan angka dalam nomor halaman.
5)   Memusatkan perhatian siswa pada halaman yang akan dipelajari.
6)   Menceritakan gambar yang terdapat pada halaman tersebut.
7)   Mengajak siswa membaca kalimat dengan intonasi yang tepat.
b.    Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa, langkah-langkahnya yaitu:
1)   Menunjukkan gambar yang akan dijadikan judul bacaan.
2)   Menulis judul yang sesuai dengan gambar.
3)   Menulis beberapa kalimat yang ada kaitannya dengan gambar.
4)   Membaca bacaan yang telah disusun bersama.
c.    Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)    Guru menugasi siswa untuk membawa gambar-gambar.
2)   Siswa memilih gambar yang disukai.
3)   Siswa menuliskan judul dan kalimat-kalimat yang ada kaitannya dengan gambar.
4)   Siswa membaca bacaan yang telah dibuatnya.
5)   Siswa membaca bacaan yang dibuat oleh temannya.

C.  Strategi Pembelajaran Membaca
1.    Strategi Pengucapan
Sewaktu kita membaca, seakan-akan kita menangkap makna bacaan secara otomatis, tetapi saat kita menjumpai kata-kata yang tidak dikenal proses menangkap pesan bacaan menjadi terganggu. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengenali cara mengucapkan suatu kata, yaitu:
1)   Analisis dan sintesis fonik. Fonik merupakan teknik decoding yang ditentukan oleh faktor kemampuan mencocokkan huruf dan bunyi. Analisis fonik merupakan teknik memilah-milah kata kedalam komponen-komponen, sedangkan sintesis fonik merupakan teknik menggabungkan kembali komponen menjadi kata.
2)   Keseluruhan kata atau metode menatap dan mengucapkan, yakni teknik pengenalan kata yang dilakukan dengan cara siswa langsung dihadapkan pada kata dan mengucapkannya (tidak dieja).
3)   Meminta seseorang untuk mengucapkan kata.
4)   Unsur konteks (kata-kata yang melingkupi kalimat), merupakan unsur yang dapat berupa bentuk definisi, contoh, perbandingan atau kontras, penjelasan yang dapat menggambarkan makna kata.
5)   SAS (Structural Analysis and Synthesis), yaitu teknik membelah kata ke dalam unit-unit pengucapannya, kata dibelah menjadi bagian-bagian, seperti awalan, akhiran, akar kata, atau bentuk kombinasi dan membangun kembali unit-unit tersebut menjadi kata.
6)   Melihat pengucapannya dalam kamus.
2.    Strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Tujuan strategi ini yaitu untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi dalam membaca, melatih kegiatan membaca cepat, melatih pengembangan daya peramalan berkenaan dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca secara kritis dan komprehensif. Tahap-tahap kegiatannya yaitu:
a.    Tahap persiapan. Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (question). Pertanyaan bisa juga langsung memanfaatkan pertanyaan pada tahap prabaca. Tujuan pembuatan pertanyaan untuk membentuk konsentrasi membaca siswa dan membangkitkan pengalaman serta pengetahuan awalnya.
b.    Tahap proses membaca. Setelah membuat pertanyaan siswa membaca (read). Sambil membaca siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).
c.    Tahap pascabaca. Siswa melakukan review dalam bentuk membahas kesesuaian pertanyaan dengan bacaan, kesesuaian jawaban pertanyaan dengan isi bacaan dan kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif dapat dikembangkan guru.
3.    Strategi Penghubungan Pertanyaan–Jawaban (PPJ)
Strategi PPJ atau Question–Answer–Relationship (QAR) merupakan strategi membaca untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan berbagai bidang. Tahap-tahap kegiatannya yaitu:
a.    Guru mengemukakan tujuan pengajaran membaca, problem yang harus dipecahkan siswa dan caranya. Masalah yang harus dipecahkan yaitu memahami dan menjawab pertanyaan dalam berbagai jenis dan tingkatannya.
b.    Guru meminta siswa membaca dalam hati, setelah kegiatan membaca dilakukan tanya jawab dan pembahasan.
c.    Pertanyaan yang penemuan jawabannya memerlukan berbagai sumber dan berbagai kegiatan lain misalnya pengamatan dan wawancara, diberikan dalam bentuk tugas untuk dilaporkan pada pertemuan berikutnya (tugas kelompok).
4.    Strategi Group Mapping Activities (GMA)
Strategi Group Mapping Activities (GMA) atau Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan (PPIB) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun dan memahami bagan, mengelompokkan, memetakan isi bacaan, dan memetakan permasalahan pada umumnya. Tahap-tahap kegiatannya yaitu:
a.    Tahap persiapan. Guru menjelaskan tujuan dan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa, misalnya menyusun diagram plot cerita.
b.    Proses membaca. Siswa membaca dalam hati tanpa interupsi guru, misalnya dalam waktu 10 menit.
c.    Setelah membaca siswa diminta mengemukakan pemahaman isi bacaan, misalnya plot dalam bentuk bagan. Berdasarkan bagan tersebut siswa diminta mengemukakan satuan kelompok isinya secara lisan, dan siswa yang lain menanggapinya.
5.    Strategi Know-Want to know-Learned (KWL)
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat dan sesudah membaca. Tiga langkah dasar strategi KWL yaitu:
Langkah I  : apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran
  pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik.
Langkah II : what I want to learn (W), guru menuntun siswa menyusun
  tujuan khusus membaca.
Langkah III: what I have learn (L), terjadi setelah membaca.
6.    Strategi Membaca dan Berpikir secara Langsung (MBL) atau Direct Reading Thinking Activities (DRTA)
Tujuan penggunaan strategi ini adalah untuk melatih siswa berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Adapun langkah-langkah kegiatannya adalah:
a.    Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan, apabila mungkin siswa diminta memperhatikan gambar dan sub judul secara cepat. Setelah itu guru bertanya pada siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca.
b.    Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran atau kesalahan peramalan yang dilakukan semula.
c.    Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca atau ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan apa kira-kira isi paragraf selanjutnya, mengapa kalian (para siswa) membuat pemikiran demikian.
d.   Langkah seperti di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis atau selesai dibaca, selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau kegiatan yang lain.

D.  Masalah Umum yang Dihadapi Siswa dalam Pembelajaran Membaca
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi siswa dalam belajar membaca.
1.    Kurang Mengenali Huruf
Kesulitan yang berupa ketidakmampuan siswa mengenali huruf-huruf dalam alfabetis seringkali dijumpai oleh guru. Ketidakmampuan siswa membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam kategori kesulitan ini. Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal dengan menggunakan tes pengenalan huruf. Upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan ini dapat berupa huruf dijadikan bahan nyanyian serta menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya), khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).


2.    Membaca Kata Demi Kata
Siswa yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh: (a) gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), (b) gagal memahami makna kata, atau (c) kurang lancar membaca. Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari kegiatan membaca, akan tetapi jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori siswa yang menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang siswa mengalami kesulitan dapat ditempuh melalui pengamatan. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang mengalami jenis kesulitan ini adalah:
a.    Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah.
b.    Suruh siswa menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
c.    Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan kosakata.
d.   Jika siswa tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan membaca siswa dan putarlah hasil kegiatan tersebut.
3.    Pemparafrasean yang Salah
Ketika membaca, siswa seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan ini tidak diatasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca yang sebenarnya. Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara berikut:
a.    Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya.
b.    Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
c.    Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah siswa untuk membacanya. Selanjuatnya ajaklah siswa untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
4.    Miskin Pelafalan (Kesalahan Pengucapan)
Ketidaktepatan siswa melafalkan sebuah kata termasuk dalam kategori kesulitan ini. Faktor penyebab kesulitan ini dapat berupa siswa tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa (fonem), siswa mengetahui bunyi-bunyi bahasa tetapi tidak dapat menggunakannya, keterampilan siswa sangat kurang, siswa memiliki gangguan dalam hal pendengaran atau pengucapan. Untuk mengatasi kesulitan ini, guru dapat menggunakan cara-cara berikut:
a.    Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.
b.    Bagi siswa yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat, berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.
c.    Bagi siswa yang mengalami masalah dengan pendengaran atau alat ucapnya, cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya yaitu dengan mengajarkan bunyi-bunyi yang dianggap sulit oleh siswa dan menggunakan teknik permainan untuk mengajarkan bunyi-bunyi tersebut.
5.    Penghilangan
Penghilangan ini maksudnya adalah siswa menghilangkan (tidak membaca) kata atau frasa dari teks yang dibacanya. Penghilangan kata atau frasa ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata. Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut:
a.    Lakukan koreksi secara tidak langsung, misalnya disuruh membaca ulang terhadap siswa yang memiliki kebiasaan menghilangkan kata atau frasa dalam membaca.
b.    Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
c.    Berikan latihan membaca kata atau frasa.

6.    Pengulangan
Kebiasaan siswa mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf dan bunyi, atau rendah keterampilannya. Untuk mengatasi kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut:
a.    Perlu disadarkan bahwa pengulangan kata dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.
b.    Kenali jenis kata yang sering diulang.
c.    Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan kepada siswa.
7.    Pembalikan
Beberapa siswa melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri, misalnya kata tebu dibaca ubet. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf. Huruf b dibaca d, huruf p dibaca g, dan seterusnya. Kesulitan ini seringkali dihadapi oleh siswa kidal yang memiliki kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis. Rendahnya penguasaan huruf bunyi juga menjadi penyebab munculnya kesulitan ini. Untuk mengatasi kesulitan ini dapat ditempuh cara-cara berikut:
a.    Siswa perlu disadarkan bahwa membaca menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.
b.    Bagi siswa yang kurang menguasai hubungan huruf bunyi, siapkan kata-kata yang mempunyai bentuk serupa untuk dilatihkan kepada siswa.
c.    Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya dalam huruf p dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.
8.    Penyisipan
Kebiasaan siswa untuk menambahkan kata atau frasa dalam kalimat yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya siswa menambah kata seorang dalam kalimat seorang siswa sedang bermain. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa membaca dengan pelan-pelan dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.
9.    Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain dapat disebabkan oleh ketidakmampuan siswa membaca suatu kata, tetapi dia tahu makna dari kata tersebut, misalnya karena siswa tidak mampu membaca kata mengunyah, maka dia menggantikannya dengan kata makan. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.    Gunakan bahan bacaan yang termasuk kategori mudah.
b.    Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh siswa.
c.    Latih siswa untuk mengucapkan kata-kata tersebut.
10.     Menggunakan Gerak Bibir, Jari Telunjuk, dan Menggerakkan Kepala
Kebiasaan siswa yang menggerakan bibir, menggunakan jari telunjuk, dan menggerakkan kepala sewaktu dia membaca dalam hati dapat menghambat perkembangan siswa dalam membaca. Untuk mengubah kebiasaan siswa yang menggerakkan bibir saat membaca dalam hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Suruh siswa menggumamkan suatu kalimat, selanjutnya siswa disuruh untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa menggumam.
b.    Jelaskan pada siswa bahwa membaca dengan cara menggumam dapat menghambat keefektifan membaca.
Menghadapi siswa yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, lakukanlah kegiatan berikut:
a.    Perhatikan apakah siswa mengalami gangguan mata.
b.    Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.
c.    Latihkan teknik membaca frasa.
d.   Peringatkan siswa untuk tidak menggunakan jari telunjuknya dalam membaca.


11.     Kesulitan Konsonan
Siswa mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan tersebut. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa mengucapkan konsonan.
a.    Kembangkan kemampuan siswa dalam mendengarkan konsonan yang dipandang sulit, misalnya konsonan d (depan, adat, dapat, diri, dsb.) dan lingkarilah huruf d yang terdapat dalam kata-kata tersebut.
b.    Ajaklah siswa memperhatikan bentuk huruf yang mewakili konsonan tersebut.
c.    Suruh siswa mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung konsonan tersebut.
d.   Latihlah siswa mengucapkan kata-kata yang di dalamnya terkandung konsonan tersebut.
12.     Kesulitan Vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan satu huruf, misalnya huruf i selain melambangkan bunyi i juga melambangkan bunyi é (dalam kata titik, kancil, dinding, dsb.). Huruf e dapat melambangkan bunyi e (dalam kata sering, lebih, setengah, dsb.) juga melambangkan bunyi é (dalam kata serang, selera, belerang, lentera, dsb.) dan melambangkan bunyi è (dalam kata deret, mobil derek, melek, dsb.). Huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali merupakan sumber kesulitan bagi siswa dalam membaca. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dan mengucapkan bunyi vokal.
a.    Tanamkan dalam diri siswa bahwa huruf-huruf tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya huruf i dan e, huruf e dapat melambangkan bunyi e, è, dan é.
b.    Berikan contoh huruf i yang melambangkan bunyi i dan é huruf e yang melambangkan bunyi e , è, dan é dalam kata-kata.
c.    Ajaklah siswa mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf i yang melambangkan bunyi i dan é, huruf e yang melambangkan bunyi e, è, dan é
13.     Kesulitan Kluster, Diftong, dan Digraf
Meskipun jumlahnya terbatas, dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih) diftong (gabungan dua vokal) dan digraf (dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Kluster, diftong, dan digraf seringkali merupakan sumber kesulitan bagi siswa yang sedang belajar membaca. Cara-cara berikut dapat mengatasi kesulitan tersebut.
a.    Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw, dsb.), diftong (misalnya (ai, oi dan ui), dan digraf (misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.
b.    Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf di papan tulis, dan peragakan cara pengucapannya.
c.    Mintalah siswa untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster, diftong, dan digraf.
d.   Suruh siswa membacakan kata-kata yang telah dikumpulkannya.
14.     Kesulitan Menganalisis Struktur Kata
Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata. Sebagai akibatnya, dia tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya. Kesulitan ini seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap kata dasar dari suatu kata, pemenggalan kata ke dalam suku kata (khususnya kata yang dipungut dari bahasa asing), serta imbuhan yang terdapat dalam kata tersebut. Cara-cara berikut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan dalam menganalisis struktur kata.
a.    Catatlah kata-kata yang sering kali dipandang sulit untuk diucapkan oleh siswa.
b.    Perkenalkan kata-kata tersebut kepada siswa dengan memanfaatkan metode SAS.
c.    Suruhlah siswa mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.
15.     Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara Mengucapkannya
Ketidakmampuan siswa mengenali makna kata dalam kalimat dan cara pengucapannya disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kurangnya penguasaan kosa kata, kurangnya penguasaan struktur kata, dan kurangnya penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat). Beberapa cara berikut dapat dipertimbangkan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan mengenali makna kata dalam kalimat.
a.    Ambil satu kata dan daftarkanlah kata turunannya (misalnya kata baca, membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).
b.    Ambilah suatu bacaan (dari buku pelajaran atau sumber yang lain).
c.    Ajaklah siswa untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.
d.   Ajaklah siswa untuk memaknai kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.
e.    Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari, dan sebagainya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar