Minggu, 22 Januari 2017

Pembelajaran dari "Goblin"

Hari ini aku kembali menamatkan sebuah drama korea. Kali ini berjudul “Goblin”, sebuah drama bergenre romantic fantasy, bercerita tentang seorang goblin yang hidup abadi di dunia, bertemu cinta pertama dan terakhirnya. Dalam kehidupan mereka ada tokoh lain yang muncul, seperti malaikat pencabut nyawa, teman yang ada saat suka dan duka, orang-orang yang membenci keberadaannya, dan tokoh figuran lain. Cerita/sinopsis selengkapnya bisa cari sendiri di Google :)
Seperti biasanya, setelah menonton sebuah drama, aku terkadang menyangkutpautkan relasinya dalam kehidupanku. Ya walaupun itu hal yang tidak mungkin, karena drama bersifat fiktif dan dibuat-buat, sedangkan kehidupanku adalah real dan tak menentu. Namun, dalam setiap drama, entah hanya aku atau ada orang di luar sana yang merasakan dan memikirkannya, aku mendapat beberapa pelajaran hidup yang bisa dijadikan bahan refleksi dan pembelajaran untukku. Pelajaran yang aku dapat dari drama ini kurang lebih sebagai berikut.
Kehidupan ini sudah ada yang mengatur. Kita semua punya atasan yang mengatur pekerjaan kita. Kita manusia, hidup di dunia yang fana ini sebagai bawahan (baca: hamba), dan atasan kita adalah Tuhan. Dia telah mengatur semua tentang kita. Cinta, keuangan, rasa, cerita, kematian, dan sebagainya, itu semua sudah diatur. Namun ada saatnya Dia memberikan kesempatan kepada kita untuk mengubah apa yang telah diatur-Nya, itu adalah karunia dan nikmat-Nya yang patut kita usahakan dan syukuri.
Yakinlah apapun yang terjadi dalam dunia ini, hanya permulaan saja, karena kita punya periode kehidupan masing-masing. Kalau dalam drama “Goblin” tersebut dikatakan manusia memiliki empat masa kehidupan, yang aku tahu dan yakini, kehidupan manusia akan memiliki dua masa kehidupan. Masa hidup di dunia adalah yang pertama, dan masa yang kedua adalah masa hidup di akhirat. Masa hidup di akhirat adalah masa terpanjang yang akan dijalani oleh manusia tetapi sangat membahagiakan jika kita menyiapkannya dengan baik. Sedangkan masa di dunia adalah masa tersingkat namun sangat melelahkan dan penuh ujian. Masa kehidupan akhirat kita bisa disiapkan di masa kehidupan dunia, namun banyak dari manusia lalai dan terkecoh. Banyak diantara manusia yang melupakan dan tidak menyadari.
Aku, kamu, kita masih diberi kesempatan hidup di masa dunia, jadi masih ada waktu untuk menyiapkan bekal, apa yang akan dibawa dan dirasakan saat masa kehidupan akhirat kita. Bukan harta, bukan relasi, bukan nama, bukan jabatan, apalagi makanan seperti halnya bekal untuk piknik, tapi bekal itu adalah amal dan kebaikan. Seperti pepatah, apa yang kita tanam akan kita petik hasilnya. Apa yang kita lakukan saat ini akan kita rasakan nanti. Maka nikmati proses apapun yang terjadi saat ini. Tetap lakukan sesulit apapun itu. Tetap beramal dan berbuat kebaikan semenderita apapun kehidupan sekarang. Karena kita adalah bawahan yang melaksanakan perintah atasan, karena kita adalah hamba yang menyembah Tuhan.