Hari ini aku kembali menamatkan
sebuah drama korea. Kali ini berjudul “Goblin”, sebuah drama bergenre romantic
fantasy, bercerita tentang seorang goblin yang hidup abadi di dunia, bertemu
cinta pertama dan terakhirnya. Dalam kehidupan mereka ada tokoh lain yang
muncul, seperti malaikat pencabut nyawa, teman yang ada saat suka dan duka,
orang-orang yang membenci keberadaannya, dan tokoh figuran lain. Cerita/sinopsis selengkapnya bisa cari sendiri di Google :)
Seperti biasanya, setelah menonton
sebuah drama, aku terkadang menyangkutpautkan relasinya dalam kehidupanku. Ya walaupun
itu hal yang tidak mungkin, karena drama bersifat fiktif dan dibuat-buat,
sedangkan kehidupanku adalah real dan tak menentu. Namun, dalam setiap drama,
entah hanya aku atau ada orang di luar sana yang merasakan dan memikirkannya,
aku mendapat beberapa pelajaran hidup yang bisa dijadikan bahan refleksi dan
pembelajaran untukku. Pelajaran yang aku dapat dari drama ini kurang lebih
sebagai berikut.
Kehidupan ini sudah ada yang
mengatur. Kita semua punya atasan yang mengatur pekerjaan kita. Kita manusia,
hidup di dunia yang fana ini sebagai bawahan (baca: hamba), dan atasan kita
adalah Tuhan. Dia telah mengatur semua tentang kita. Cinta, keuangan, rasa,
cerita, kematian, dan sebagainya, itu semua sudah diatur. Namun ada saatnya Dia
memberikan kesempatan kepada kita untuk mengubah apa yang telah diatur-Nya, itu
adalah karunia dan nikmat-Nya yang patut kita usahakan dan syukuri.
Yakinlah apapun yang terjadi dalam
dunia ini, hanya permulaan saja, karena kita punya periode kehidupan
masing-masing. Kalau dalam drama “Goblin” tersebut dikatakan manusia memiliki
empat masa kehidupan, yang aku tahu dan yakini, kehidupan manusia akan memiliki
dua masa kehidupan. Masa hidup di dunia adalah yang pertama, dan masa yang
kedua adalah masa hidup di akhirat. Masa hidup di akhirat adalah masa
terpanjang yang akan dijalani oleh manusia tetapi sangat membahagiakan jika
kita menyiapkannya dengan baik. Sedangkan masa di dunia adalah masa tersingkat
namun sangat melelahkan dan penuh ujian. Masa kehidupan akhirat kita bisa
disiapkan di masa kehidupan dunia, namun banyak dari manusia lalai dan
terkecoh. Banyak diantara manusia yang melupakan dan tidak menyadari.
Aku, kamu, kita masih diberi kesempatan
hidup di masa dunia, jadi masih ada waktu untuk menyiapkan bekal, apa yang akan
dibawa dan dirasakan saat masa kehidupan akhirat kita. Bukan harta, bukan
relasi, bukan nama, bukan jabatan, apalagi makanan seperti halnya bekal untuk
piknik, tapi bekal itu adalah amal dan kebaikan. Seperti pepatah, apa yang kita
tanam akan kita petik hasilnya. Apa yang kita lakukan saat ini akan kita
rasakan nanti. Maka nikmati proses apapun yang terjadi saat ini. Tetap lakukan
sesulit apapun itu. Tetap beramal dan berbuat kebaikan semenderita apapun
kehidupan sekarang. Karena kita adalah bawahan yang melaksanakan perintah
atasan, karena kita adalah hamba yang menyembah Tuhan.